Made in China (Bagian 5) : Balada Mencari Alamat

Memilih penerbangan malam untuk ke Beijing padahal kami terkendala bahasa dan ketiadaan koneksi internet adalah kesahalan saya pada malam itu. Kami bertolak dari Shanghai menuju ke Beijing sekitar pukul 7 malam dan tiba di Beijing pada pukul 8.45 malam. Untuk sampai ke hotel kami yang terletak di downtown Beijing, menurut sumber informasi yang saya temukan di internet, kami hanya perlu naik bis (line 1) sekali dan turun di terminal terakhir lalu berjalan kaki ke hotel. Sayangnya, saya miss terhadap fakta bahwa ada 2 bandar udara di kota ini. Hasil riset saya terkait bis line 1 yang harus kami tumpangi ternyata dapat dinaiki jika kami mendarat di Beijing International Airport. Masalahnya pesawat kami mendarat di Beijing Nanyuan Airport.

Udara dingin dan kami tidak tahu moda transportasi apa yang harus kami naiki. Taksi bukan opsi yang menarik karena jalanan sudah gelap dan kami tidak bisa berkomunikasi dengan supir taksi. Kami tidak tahu seberapa jauh jarak Beijing Nanyuan Airport dengan hotel kami. Beruntung ada seorang pemuda lokal yang kelihatan terpelajar sedang membantu serombongan traveler yang juga mencari jalan menuju hotel mereka. Dia membantu mencarikan alternatif kendaraan ke hotel kami menggunakan smartphone-nya. Karena opsi kendaran di bandara tersebut hanya bis dan taksi, dia menyarankan kami naik bis sampai halte tertentu (saya lupa nama haltenya) dan sambung naik subway. Menurut pemuda tersebut, perjalanan naik bis dari bandara ke halte bis “tersebut” memakan waktu sekitar 1 jam. Karena saya lupa nama haltenya, “kira-kira” satu jam setelah bis melaju dari bandara, kami turun dari bis. Waktu itu sudah hampir jam 10 malam. Kami turun di daerah yang cukup sepi dari orang yang lalu lalang. Sesekali mobil melaju kencang di jalan raya di samping halte bis tempat kami turun. Dari situ kami bingung harus berjalan ke arah mana. Tidak ada petunjuk jalan maupun orang lewat yang bisa kami tanyai. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki sambil berharap menemukan petunjuk jalan menuju stasiun subway. Setelah berjalan kira-kira 500 meter, kami menemukan palang jalan dengan simbol kereta menuju ke arah yang berlawanan. Ya ampun! Saya memang ahlinya kalau untuk urusan nyasar. Kami kemudian putar balik dan berjalan sesuai arah yang ditunjukkan oleh palang tersebut. Ternyata stasiun subwaynya tidak terlalu jauh dari halte bis tempat kami turun tadi. Namun tentunya untuk orang yang tidak tahu jalan,  tidak punya internet, dan tidak bisa bahasa mandarin, ini bisa menjadi masalah besar.

Singkat cerita akhirnya kami berhasil menaiki kereta subway di Beijing. Menurut pemuda tersebut, kami harus turun di stasiun Dongsi dan berjalan kaki dari stasiun tersebut ke hotel kami. Namun, 1 stasiun sebelum Dongsi saya melihat nama stasiun yang sesuai dengan deskripsi petunjuk jalan yang saya temukan sebelumnya di internet sewaktu mencari informasi tentang cara menuju hotel saya di Beijing. Saya menjadi ragu dengan arahan dari pemuda tadi. Akhirnya saya memutuskan untuk turun di stasiun ini, satu stasiun sebelum Dongsi. Yang kemudian menjadi kesalahan saya yang lain.

Dari sini kami tidak tahu harus ke mana. Saat itu sudah pukul setengah 11 malam. Di kertas booking hotel yang saya print, terdapat alamat hotel dalam huruf alfabet dan huruf mandarin. Berbekal alamat dalam huruf mandarin dan buku percakapan bahasa mandarin yang kami bawa dari Jakarta, kami bertanya pada siapapun yang kami temui sepanjang jalan. We got no option. It was almost midnight and it was freezing cold almost 0 degree C!

Seorang gadis dan bapak-bapak lokal yang kami temui tepat di depan stasiun subway memberikan petunjuk arah dan dari arahannya mereka terlihat seperti tidak yakin. Tapi kami tidak punya pilihan, jadi kami berjalan ke arah yang mereka tunjukkan. Kami berjalan hanya lurus saja. Di sisi kanan kami jalan besar dimana mobil lalu lalang sesekali karena sudah cukup larut. Saya tidak tahu berada di sebelah mananya Beijing pada waktu itu, tapi tidak terlihat banyak gedung tinggi, hanya beberapa toko-toko tua di pinggir jalan. Kami berjalan dan berjalan sampai hampir tengah malam. Jalanan makin sepi dengan beberapa orang yang terlihat masih berjalan di trotoar yang sedang kami susuri. Di suatu persimpangan jalan, saya mulai frustasi mencari hotel kami dan ingin naik taksi saja rasanya. Tapi kata adik saya, sebaiknya kita coba tanya orang lagi perihal lokasi hotel kita. Siapa tahu sudah dekat.

Di dekat persimpangan jalan tempat kami berdiri, ada pos satpam yang sepertinya ada orangnya. Saya menghampiri pos tersebut dan ternyata penjaganya adalah seorang bapak-bapak tua. Dengan bahasa mandarin terbata-bata sambil menunjukkan alamat dalam bukti booking hotel yang saya print, saya mencoba bertanya pada bapak tersebut. Awalnya dia tidak mengerti, tapi lama-lama akhirnya dia paham juga. Dan sepertinya kali ini dia tahu alamat yang kami cari. Beruntung arah yang ditunjukkan oleh bapak-bapak itu tidak berlawanan arah dari jalan yang sudah kami lalui selama 1 jam terakhir ini. Artinya kami sudah berada di jalan yang benar, hanya saja hotelnya memang masih jauh.

Setelah berterima kasih pada bapak tersebut, kami kembali berjalan mencari hotel kami. Dalam persimpangan jalan selanjutnya yang kami lalui, kami menemukan stasiun DONGSI dan berbelok ke kiri dari stasiun tersebut. Setelah berjalan sekitar 15 menit dari stasiun Dongsi, akhirnya sampailah kami di Hotel 161. Astaga! Jadi memang seharusnya kami mengikuti saja saran pemuda yang kami temui di bandara tadi… Kalau saja saya tidak sok tahu dan turun di satu stasiun sebelum Dongsi, pasti kami sudah sampai daritadi! Tidak perlu nyasar selama 2 jam di malam gelap yang dingin itu….

16753746
Hotel 161*
16722310
Grand Entrance*
16721805
Cafe on the Second Floor*
16721200
Hotel room*

Anyway, kami bersyukur akhirnya sampai di hotel kami di Beijing. Akhirnya kami bisa beristirahat setelah malam yang panjang. Hotel kami ini budget hotel. Semalamnya cuma 200-ribuan rupiah untuk 1 kamar dengan twin bed. Hotelnya nyaman dan staff-nya pun ramah. Dan ternyata, hotel kami letaknya cukup strategis untuk menuju ke objek-objek wisata di Beijing! (npa)

*Photos are taken from the Hotel’s page in Booking(dot)com

 

 

One thought on “Made in China (Bagian 5) : Balada Mencari Alamat

Leave a reply to Fairus2588 Cancel reply